Sabtu, 27 November 2010

Inbox dari Agil (1)

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan. Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan. Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.
“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 000r. Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 000, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 000 kepada lelaki itu.
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 000. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 000. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang. Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 000. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”
Lelaki itu mengangkat bahunya dan dengan ringannya berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

Ada datang, ada pergi..ada senang, ada sedih! Dan hanya keikhlasan yg diiringi dengan berfikir rasional yang bisa membuat kita bisa menghargai jiwa kita...

Inbox dari agil (2)

Seorang pekerja bangunan, bekerja pada suatu proyek bangunan tinggi yang sedang dibangun untuk dijadikan pusat pembelanjaan terbesar. Di proyek itu ia bekerja saling bantu membantu untuk mendapat pekerjaan yang baik bersama temanya. Suatu ketika ia memanjat pada pada tembok yang sangat tinggi. Namun ia terlupa akan peralatannya, tertinggal dibawah dan ia berharap temannya yang ada di bawah dapat membantu. Pekerja itu berteriak - teriak, tetapi tak satu orang pun temannya mendengar karena suara bising dari mesin-mesin dan suara orang - orang yang sedang bekerja, sehingga usaha pekerja itu sia-sia saja.

Untuk mencari perhatian temannya yang ada dibawah, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya yang terdekat dengan tembok itu. Lalu temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi melemparkan uang logan dari atas, dengan harapan temannya yang ada dibawah dapat menoleh keatas, namun usaha kedua ini gagal.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mencari batu kecil, lalu melemparkannya ke arah temannya itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan terasa sakit temannya itu menengadah ke atas? Sekarang pekerja diatas itu dapat menyampaikan pesannya. Sekian.

Renungan :
Tuhan kadang - kadang menggunakan cobaan - cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Seringkali Tuhan melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita dapat menengadah kepada-Nya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepada-Nya, Tuhan sering menjatuhkan "batu kecil" kepada kita..