Jumat, 12 Oktober 2012

Inbox dari Agil (4)

“ Menyambut Hari Raya Qurban ”
                                  
Setelah melayani pembeli, saya
melihat seorang ibu sdg memperhatikan dagangan kami,
Dilihat dari penampilannya sepertinya gak akan beli. Namun saya coba hampiri dan  menawarkan. “Silahkan bu".  ibu itu menunjuk, “Kalau yg itu berapa bang?” Ibu itu menunjuk hewan yg paling murah.

"Kalau yg itu harganya 1,3jt bu", jawab saya. "Harga pasnya berapa?"," 1,2jt deh". harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah.. “Uang saya Cuma ada 1,1jt, boleh gak”. "Waduh..saya bingung, karena itu harga modal kami", akhirnya saya berembug. “Biarlah..”

Sayapun mengantar hewan ibu,
Ketika sampai di rumah ibu tersebut. Astaghfirullaah.. Allahu Akbar, terasa mengigil seluruh badan demi melihat keadaan rumah ibu tersebut.

Ibu itu hanya tinggal bertiga dgn ibu dan satu orang anaknya di rumah gubuk berlantai tanah. Saya tidak melihat tempat tidur/ kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh.

Diatas dipan sdg tertidur seorang nenek tua kurus. “Mak..bangun mak, nih liat Sumi bawa apa", perempuan tua itu terbangun. “Mak Sumi udah beliin kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak."

Orang tua itu kaget namun bahagia, sambil mengelus-elus kambing orang tua itu berucap, "Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga emak qurban."

“Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya ke murahan, saya hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yg mau saya niatkan buat qurban ibu saya."

duh GUSTI...Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hambaMU yg satu ini. HambaMU yg Miskin Harta tapi dia kaya Iman. Seperti bergetar bumi ini setelah mendengar niat dari ibu ini.

“Bang nih ongkos bajajnya.!", panggil si Ibu, “sudah bu, biar ongkos bajaj saya yg bayar". Saya cepat pergi sblm ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah krn tak sanggup mendapat teguran dari Allah yg sudah mempertemukan dgn hambaNYA yg dgn kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.

Selasa, 09 Oktober 2012

Inbox dari Amet

Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon. Jadi satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif.
Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak, oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar. Kita mempunyai kepala, dan juga otak, jadi kita tidak perlu kebakaran jenggot hanya karena gesekan kecil. Jadi dengan menggunakan otak, kita dapat mengurangi stress.
Ketika burung hidup, ia makan semut. Ketika burung mati, semut makan burung. Waktu terus berputar sepanjang jaman. Siklus kehidupan terus berlanjut. Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Akan tetapi kita harus menunjukkan penghargaan pada orang lain, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri kita sendiri.
Kita mungkin berkuasa tapi WAKTU lebih berkuasa daripada kita. Waktu kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita, kita PD melakukan apa saja. Waktu kita tak berdaya, barulah kita sadar siapa saja sahabat sejati kita. Tapi waktu kita down, kita baru sadar selama ini siapa saja teman yang hanya memperalat & menggunakan kita. Waktu kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta. Manakala kita miskin, kita baru tahu jadi orang harus banyak memberi/bersedekah dan saling membantu. Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan. Dan, setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama² membuat HIDUP LEBIH BERHARGA: Saling menghargai. Saling membantu dan memberi, saling mendukung. Jadilah teman setia tanpa syarat. Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman/memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.
"Cause and Effect". Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai..

Minggu, 07 Oktober 2012

Inbox dari Agil (3)

Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji, “Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”

Sang Ustad pun tersenyum, “Oh, kamu sakit.”

“Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Ustad.

“Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Ustad.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”

“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”

“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?”

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
” Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini ”.

Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya. Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini……

Tetap Semangat!!